Brownies Al Madina Ini Sepertinya Beda, Lezatnya Lebih Terasa
Brownies boleh dibilang merupakan kue yang cukup spektakuler.
Begitu dikenal dan muncul di Indonesia, popularitasnya langsung melejit meninggalkan kue-kue lainnya. Merajai pasaran kue dan menjadi “trending cake”.
Sehingga waktu itu sempat muncul istilah gaul, yang tidak kenal apa itu brownies berarti ketinggalan jaman.
Bahkan konon, ada dibuat juga sebuah film nasional dengan tema judul yang sama…( …browniesnya duluan…atau filmnya yang duluan….).
Entah karena adanya film itu pula, atau memang brownies-nya sendiri menjelma menjadi komoditas yang cukup menjanjikan, setiap orang sepertinya “keranjingan” dengan brownies, hingga terjadilah “brownies booming”.
Namun karena itu pula popularitas brownies secara perlahan terus merosot. Sebab karena begitu banyak orang yang membuat brownies, maka seni dan cita rasa menjadi kurang diperhatikan lagi.
Karena sebab itu pula, minat dan selera saya pribadi terhadap brownies juga ikut-ikutan merosot. Bahkan kemudian sempat menjadi “dingin dan tidak pernah menyentuh” brownies sampai beberapa tahun lamanya.
Sampai beberapa waktu lalu kebetulan mendapatkan brownies dari saudara, “melirik” pun tidak padanya. Sepertinya sudah merasa “mogol”.
Paling, seperti brownies-brownies yang lainnya, pikir saya.
Sehingga brownies pemberian saudara, saya “telantarkan” di atas meja makan.
Dua hari kemudian, ketika malam-malam sedang nonton televisi, tiba-tiba merasa ingin makan cemilan.
Cari sana cari sini, ternyata stok cemilan habis semua. Yang tertinggal hanyalah si brownies yang sudah dua hari kesepian. Sialnya, hari sudah terlanjur malam.Wah, payah deh.
Karena mulut rasanya terus berontak, akhirnya “terpaksa” diambillah si brownies ini untuk cemilan.
Saya sebenarnya tidak terlalu berharap banyak kepada si brownies kesepian ini.
Sebab karena memang sudah agak lama kurang berselera dengan brownies, lagian sudah dua malam si brownies ini kesepian. Tetapi daripada tidak ada sama sekali bolehlah, pikir saya.
Tetapi begitu membuka ini brownies, saya mendapatkan kejutan demi kejutan.
( Dan jika anda yang mengalaminya, saya kira pasti sama ).
Sesaat setelah membuka, kaget juga ketika merasakan tekstur brownies yang sudah “merana” selama dua hari ternyata masih begitu lembut dan empuk, bagaikan baru saja masak dibuat.
Padahal biasanya, makin hari tekstur brownies makin kaku dan keras. Terlebih lagi jika membuatnya asal-asalan.
Tentu saja ini merupakan hal yang luar biasa…
Ini brownies pasti bagus dan alami kualitas bahannya, pikir saya.
Ketika saya lihat penampakan warnanya, brownies ini kelihatan “coklat biasa”. Tidak kelihatan mencolok menyala dan “berani” warnanya.
Bagi orang yang kurang terbiasa dengan brownies, pasti menganggap penampakan brownies yang seperti ini kurang menarik.
Tetapi bagi saya, seperti inilah warna brownies yang seharusnya, natural.
Sebab brownies-brownies yang mencolok menyala dan “berani” warnanya, berarti memakai pewarna yang tidak pada tempatnya.
Wah, ini satu point plus lagi, pikir saya.
Lalu ketika mulai mencipinya – saya bahkan sempat terhenti sejenak – cita rasa dan lezatnya secara perlahan tapi pasti mulai merayapi seluruh indra pengecap, tidak langsung “menohok”.
Tapi karena itulah lezat brownies initerasa lebih sedap, tidak “neg” dan dapat dinikmati di lidah lebih lama.
Dan ini menandakan kalau brownies ini tidak memakai pemanis buatan.
Sebab biasanya brownies yang memakai pemanis buatan rasanya akan langsung melekat di lidah, bahkan cenderung terasa agak pahit.
Akhirnya karena begitu “kepincut” dengan cita rasa lezatnya brownies ini, habis sudah brownies yang awalnya “kesepian” selama 2 hari ini. Sudah pindah semua ke dalam perut.
Baru setelah benar-benar habis, baru merasa penasaran, brownies apa itu tadi.
Kok, benar-benar beda, dan lezatnya itu lho, benar-benar terasa dan tahan lama di indra pengecap.
Makanya saya lirik plastik kemasannya.
Oooo, ternyata namanya Brownies Al Madina.
Tambah penasaran lagi, soalnya baru dengar kali ini nama Brownies Al Madina.
Tapi cita rasa dan lezatnya bahkan “menyalip” brownies-brownies merk terkenal lainnya.
Dan kalau lihat namanya, Al Madina, unik juga.
Meski akhirnya kepikiran juga di benak saya, mungkin pembuatnya ingin memberikan “indikasi jaminan” kalau brownies buatannya benar-benar 100 % halal.
Maklum saja, Karena saat ini makin banyak para pembuat brownies yang terkadang “berani” menambahkan “bahan-bahan yang meragukan”, yang nota bene diharamkan bagi umat muslim, guna mem-“boost” cita rasa dan kelezatan browniesnya.
Dan agar rasa penasaran terhadap brownies yang satu ini tuntas terjawab, saya “pelototi” bungkus kemasan lengkapnya .
Siapa tahu suatu saat nanti butuh brownies untuk disajikan sebagai hidangan menantang bagi tamu-tamu atau acara lainnya.
( Siapa tahu, kalau-kalau anda juga ikut penasaran dengan lezatnya brownies yang satu ini, atau ada yang berniat memesan brownies ).
Ternyata bungkus kemasannya cukup sederhana. Dan sederhana pula tulisannya. Hanya seperti ini :
Brownies Al Madina
Menerima Pesanan
08886440229
Meski sederhana itu sudah sangat mencukupi bagi saya, mengingat kelezatannya.
Tapi sudahlah, kalau terlalu banyak berkomentar, nanti dikira promosi.
Hanya saja karena menemukan brownies yang lezat, rasanya kok sayang kalau tidak berbagi. Karena bisa jadi diantara anda, mungkin juga ada yang ingin mencicipi.