-->

Apakah Vaksinasi Untuk Anak Memang Perlu ?

Masalah vaksinasi pada anak pernah menjadi sebuah polemik. Dan mengarah kepada pro kontra. Apakah Vaksinasi Untuk Anak Memang Perlu ?

Para praktisi medis tentu saja menyarankan perlunya vaksinasi demi daya tahan dan kekebalan tubuh serta kesehatan si anak sendiri. Pihak yang berseberangan menyatakan pendapatnya,bahwa vaksinasi yang dilakukan bertentangan dengan hukum syariah. Sebab pada umumnya kebanyakan vaksin yang diberikan pada anak pada dasarnya disintesis dan diambil melalui binatang yang diharamkan bagi umat muslim.
Antara lain melalui kultur jaringan dari organ tubuh babi.
Bahkan beberapa pihak yang cukup frontal ( penganut teori konspirasi ) menyatakan bahwa vaksinasi pada dasarnya adalah sebuah usaha untuk memusnahkan sebagian ras manusia ( secara perlahan-lahan ) melalui sebuah senjata biologis, yaitu vaksin tadi.


Terlepas dari masalah pro dan kontra di atas, sebagai ibu rumah tangga yang awam, pertanyaan yang timbul sebenarnya sangat sederhana.
“ Mengapa harus divaksinasi, buktinya ada anak yang sudah divaksinasi, toh, ia terkena sakit juga ?”. Jadi apakah vaksinasi untuk anak memang perlu ?

Memang, jika dipahami secara sambil lalu, vaksinasi pada anak, ibaratnya malah memasukkan penyakit ( racun ) dalam tubuh anak.
Sebab vaksin, pada dasarnya memang sebuah “kuman” penyakit yang telah dilemahkan dan disuntikkan pada tubuh manusia.
Tujuannya, karena tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mengobati diri sendiri, maka tubuh akan menghasilkan suatu anti bodi atau suatu zat penangkal racun terhadap kuman vaksin yang disuntikkan. Dengan demikian ketika terjadi serangan kuman penyakit yang sesungguhnya tubuh orang yang telah divaksin menjadi lebih kebal.

Namun inipun bukan sebuah jaminan. Jika telah divaksinasi, pasti akan terbebas dari penyakit ( yang divaksin tadi ).

Sebab kuat lemahnya daya tahan dan perlidungan tubuh terhadap sebuah penyakit juga ditentukan oleh banyak faktor.
Antara lain : daya antigenitas vaksin, sistem immunitas tubuh anak, factor gizi anak dan lainnya.
Sehingga bisa jadi, anak yang telah tervaksinasi tetap saja terserang penyakit, selama faktor-faktor yang mempengaruhinya tidak mendukung.

Dan hal ini bisa terjadi, sebab antibodi yang terbentuk dalam tubuh mempunyai – istilahnya – waktu paruh. Yaitu dengan bertambahnya waktu – sesuai jenis antibodi dan tetapan waktu paruhnya – kekuatan antibodi juga akan berkurang kekuatannya menjadi separuhnya. Begitu seterusnya.
Sehingga hal ini juga memperlemah daya tangkal anti bodi itu sendiri.

Hanya saja tetap ada sedikit perbedaan.
Pada anak yang telah tervaksinasi meski tetap bisa terserang penyakit, namun biasanya penyakit yang timbul dalam bentuk yang lebih ringan dan biasanya pula terjadi dalam waktu yang relatif lebih singkat ( sebab tubuh memang sudah “terbiasa” dan punya antibodinya ).

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara kuman menyerang tubuh anak.
Sebagai contoh, dulu-dulu sekali ada suatu kasus vaksinasi yang “cukup lucu”.
Demi menangkal serangan kolera, pada anak-anak diberikan vaksin kolera. Padahal sebagaimana diketahui jika penyakit kolera ini menyerang system pencernaan manusia.
Di dalam usus halus kuman kolera berkembang biak dan menimbulkan penyakit ( muntah berak ), tetapi ia tidak masuk dan mempengaruhi ke dalam aliran darah.
Sedangkan vaksin kolera yang diberikan masuk ke dalam aliran darah.
Tentu saja si anak tetap saja terserang penyakit kolera.


Jadi jika ditanya apakah perlu vaksin kolera pada anak ?
Jawabannya jelas, tidak perlu. Karena memang tidak akan ada efeknya.

Namun disamping plus minus vaksinasi di atas, sebenarnya masih ada satu keuntungan lagi ketika anak telah tervaksinasi.

Yaitu ketika suatu saat anak kebetulan ke luar negeri ( melanjutkan studi misalnya ), maka anak tidak perlu lagi repot-repot mengurus masalah vaksinasi yang cukup berbelit dan memakan biaya di luar negeri. Sedangkan di dalam negeri, Indonesia vaksinasi pada anak dapat dilakukan dengan biaya yang sangat terjangkau.