Nasehat Para Bijak Untuk Keharmonisan Rumah Tangga
Bagi anda pasangan suami istri, nasehat para bijak ini akan sangat berguna untuk keharmonisan rumah tangga anda.
Memang sungguh benar jika dikatakan bahwa membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga, ibaratnya membina sebuah bahtera mengarungi lautan luas yang penuh mistrei dan tanda tanya.
Meski terkadang menggembirakan dan menggairahkan, terkadang pula banyak tantangan dan halangan yang mungkin menimpa.
Tidak sedikit berita yang telah sampai di telinga kita, kabar-kabar tentang terjadinya perceraian diakibatkan ketidak harmonisan rumah tangga. Padahal bahtera rumah tangga telah terbina selama bertahun-tahun lamanya.
( Tertarik untuk mengetahui cara mengecheck keharmonisan rumah tangga ?
Bisa dilihat disini : Mendeteksi Keharmonisan Rumah Tangga Dengan Tempe ).
Bisa dilihat disini : Mendeteksi Keharmonisan Rumah Tangga Dengan Tempe ).
Ini mungkin dan bisa terjadi sebab sifat dan karakter setiap manusia adalah unik.
Dan bisa berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Jadi untuk membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga memang butuh usaha dan seni tersendiri.
Dan bisa berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Jadi untuk membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga memang butuh usaha dan seni tersendiri.
Guna membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga, orang-orang cerdik cendekia telah memberikan bekal nasehat bijak kepada kita.
Untuk itu tidak ada salahnya jika kita simak dan coba diikuti bersama-sama.
Nasehat Para Bijak Untuk Keharmonisan Rumah Tangga :
● Menghindari percakapan yang bisa menimbulkan perdebatan.
Terutama jika kira-kira tidak mampu mengontrol perbedaan pendapat yang akan muncul, lebih baik untuk tidak mendiskusikannya. Terlebih lagi jika halnya sepele.
Kalaupun harus membicarakannya, sebaiknnya memilih waktu yang benar-benar tepat dan tidak dengan nada tinggi.
● Berusaha mengerti dan memahami segi psikologis pasangan.
Ada beberapa sifat tertentu dari pria ataupun wanita yang dapat ditangani sejak awal. Bahkan ada beberapa sifat aneh pria di mata wanita.
Misal, dalam sebuah pria umumnya suka merasa jika dirinya penting dan memegang kendali serta keputusan. Suka dipuji dan diberi semangat.
Meski kebanyakan wanita tidak ingin mendominasi pria dan menjadikannya sebagai pelindung.
Namun banyak juga wanita yang melakukan kesalahan dengan menyepelekan suami. Bukannya membiarkan mereka merasa paling penting dalam keluarga.
● Ada beberapa hal dalam wanita yang tidak diketahui oleh para pria.
Kebanyakan wanita umumnya ingin diperlakukan sebagai kekasih dan sekali waktu ingin dipuji dan dimanja. Memberi “perlindungan” tidak hanya cukup dari segi materi saja. Para pria terkadang sulit mengerti apa sebenarnya yang diinginkan wanita. Istri juga ingin dihargai, dicintai dan dianggap ikut andil dalam kesuksesan suami.
● Bila sampai terjadi ketidak cocokan dalam hubungan suami istri, harus segera dilakukan satu tindakan.
Pasangan yang tidak mau atau jarang melakukan kontak fisik biasanya lebih sering untuk mengalmai cekcok. Tentu tidak mudah untuk tinggal dengan istri yang “dingin” misalnya.
Seorang suami yang terkena gangguan kejantanan, mungkin akan menjadi rewel. Selalu mengeluh bahwa kesehatannya kurang beres.
Misal, Orang yang terkena gangguan neurotik, biasanya kurang toleran dan tidak melakukan usaha apapun saat menghadapi masa frustasi masalah hubungan suami istri. Padahal persoalan ini masih banyak jalan untuk membantu dan menyelesaikannya.
● Sebuah perkawinan adalah merupakan kerja sama antara suami dan istri, bukan untuk bersaing menunjukkan mana yang lebih unggul.
Perlu dipahami, pribadi dan karakter pasangan tidak bisa dirubah sesuai kemauan dan keinginan kita.
Dalam kenyataannya, masing-masing tetap merupakan individu yang unik. Yang memiliki pikiran bebas dan mempunyai hak atas dirinya sendiri.
Dalam kenyataannya, masing-masing tetap merupakan individu yang unik. Yang memiliki pikiran bebas dan mempunyai hak atas dirinya sendiri.
● Berusaha untuk sedikit mungkin mengutarakan keluhan.
Sebab rata-rata, orang tidak suka pada orang yang selalu mencari-cari kesalahan orang lain atau terus menerus mengeluh.
Orang yang kondisi kejiwaannya sehat, akan merencanakan segala sesuatu dengan diam-diam dan berusaha mengatasi sendiri hal-hal yang kurang berkenan.
Orang yang kondisi kejiwaannya sehat, akan merencanakan segala sesuatu dengan diam-diam dan berusaha mengatasi sendiri hal-hal yang kurang berkenan.
Lebih baik melakukan sesuatu daripada hanya berkeluh kesah tanpa berbuat apa-apa.
● Mencari sendiri cara terbaik untuk membina hubungan dengan pasangan maupun orang lain yang ada di sekitar.
Hendaknya tidak menggantungkan kebahagiaan diri kepada orang lain.
Akan lebih baik jika berusaha untuk mencari variasi hidup atau menggali minat yang menyenangkan agar hidup tidak membosankan dan rumah tangga tetap harmonis.
Orang yang merasa tidak bahagia umumnya malas berinisiatif.
Mereka lebih suka mencari-cari alasan atas ketidakbahagiannya.
● Jangan banyak berdalih.
Banyak suami istri yang saling menyalahkan pasangannya untuk ketidakbahagiaan.
Padahal sebenarnya masing-masing harus merubah diri sebelum mengharapkan pasangannya berubah. Jika memang ingin memperbaiki kehidupan rumah tangga, patutlah bertanya pada diri sendiri, apakah sudah melakukan yang terbaik agar rumah tangga harmonis.
Padahal sebenarnya masing-masing harus merubah diri sebelum mengharapkan pasangannya berubah. Jika memang ingin memperbaiki kehidupan rumah tangga, patutlah bertanya pada diri sendiri, apakah sudah melakukan yang terbaik agar rumah tangga harmonis.
Jika langkah terbaik sudah dilakukan namun belum berhasil, cobalah mencari alternatif solusi lewat orang ketiga yang sama-sama dipercaya.
Misal psikolog ataupun penasehat perkawinan yang bisa membantu.
Banyak perceraian bisa dicegah asalkan masing-masing mampu menghadapi masalahnya secara realistis dan mau melakukan konsesi yang dirasakan perlu.
Banyak perceraian bisa dicegah asalkan masing-masing mampu menghadapi masalahnya secara realistis dan mau melakukan konsesi yang dirasakan perlu.
Di atas segalanya, yang paling penting adalah kemauan kedua belah pihak untuk menerima hak dan tanggung jawab masing-masing dalam menghadapi hubungan yang dirasa mulai kurang serasi agar rumah tangga tetap harmonis.