“Jebakan Membeli” Di Restoran Cepat Saji
Sebenarnya kalau “tidak terpaksa”, agak malas juga jika harus makan di restoran cepat saji.
Disamping biasanya harus antre cukup lama, dari segi selera, masakan franchise bagi saya terasa monoton dan “agak kaku” bila dibandingkan dengan makanan asli Indonesia yang kaya bumbu sehingga terasa lebih sedap dan menggigit ketika disantap.
Bahkan bila dibanding dengan makanan yang paling sederhana sekalipun. Tengkleng kambing istimewa atau Telur dadar istimewa misalnya.
Dan yang paling menjadi pertimbangan - tentu saja - berat ongkosnya. Biaya yang harus dikeluarkan untuk satu kali makan bagi keluarga ( kecil ) di restoran cepat saji, setidaknya bisa untuk belanja selama 2 atau 3 hari.
Hanya saja karena suatu ketika anak-anak begitu “ngebet” ingin makan di salah satu restoran ayam cepat saji, karena tidak ingin mengecewakan, terpaksa” menurutinya. Toh, memang sudah sangat lama anak-anak tidak menikmati hidangan restoran cepat saji.
Hitung-hitung ganti suasana.
Lagian pula kebetulan mendapatkan voucher yang bisa ditukarkan sehingga bisa sedikit memperoleh potongan harga..
( Meski konon, kata orang-orang manca makanan seperti ini malah masuk dalam kategori “junk food” – “makanan sampah”. Tapi herannya, …masyarakat kita “kok” malah menyukainya , ya… )
Sesuai voucher yang didapat, anak-anak lalu “digiring” ke salah satu restoran cepat saji, yang berlogo pria berkumis dan berkaca mata.
Setelah mendapat tempat duduk dan memesan menu makanan, tibalah giliran untuk membayar.
Karena memang sudah cukup lama tidak masuk ke restoran sejenis ini, maka cukup senang ketika di saat akan membayar, disodori dan ditawari oleh kasir “ untuk memilih” sebuah CD lagu-lagu keluaran terbaru.
Karena kasir tidak bilang apa-apa, kecuali hanya mengatakan “ silahkan pilih”, maka saya pikir CD lagu yang disodorkan adalah hadiah alias gratis, karena mungkin jumlah pembelian mencapai nominal tertentu. Sehingga saya comot salah satu CD lagu yang sepertinya disukai anak-anak. Lalu bayar, ke tempat duduk dan makan seperti biasa.
Setelah selesai makan, sambil menunggu anak-anak, iseng-iseng saya baca print out stroke pembayaran.
Membaca print out menjadi agak terkejut, sebab pada stroke pembayaran tercetak juga jumlah nominal pembayaran untuk CD yang saya comot tadi.
Lho….ternyata CD tadi tidak merupakan hadiah atau gratis. Tapi harus dibeli.
Agak gusar juga sebenarnya. Karena seolah-olah baru saja dijebak dan diperdaya.
Sedangkan sebenarnya – kalau tidak menganggap bahwa CD lagu tersebut hadiah alias gratis – memang tidak berniat untuk membeli sebuah CD lagu.
Saya merasa cara yang dilakukan oleh restoran cepat saji tersebut tidak fair.
Sah-sah saja sih jika untuk menarik perhatian pembeli mereka juga ikut berpromo melalui album-album lagu keluaran terbaru.
Namun mestinya caranya tidak seperti itu.
Mestinya, akan lebih etis dan “gentleman” bila pada saat menawarkan kepada pengunjung “ untuk memilih” ( di saat melakukan pembayaran di kasir ) mereka juga memberikan keterangan ( atau promosi ) seperlunya. Tidak hanya diam saja dan hanya mengatakan “silahkan pilih”.
Sehingga pengunjung beranggapan bahwa CD lagu yang ditawarkan untuk dipilih tersebut adalah hadiah atau gratis.
( Terlebih lagi, di restoran-restoran semacam ini memang secara reguler ada semacam program promo dan memberikan semacam bonus, atau hadiah bagi pengunjungnya ).
Dengan demikian pengunjung tidak akan merasa terjebak dan terpedaya, karena terpaksa membeli barang yang sebenarnya tidak diinginkannya, seperti saya. Jadi bagi anda, sebaiknya hati-hati dengan “jebakan membeli” yang dilakukan oleh salah satu restoran cepat saji.
Atau mungkin, anda telah mengalami ???
Silahkan berbagi…